Editors Picks

Wednesday, November 30, 2016

God and Pain

God whisper to us in our pleasure, speaks in our conscience, but shouts in our pains. It is His megaphones to rouse a deaf world.
C.S. Lewis, The Problem of Pain.

Tuesday, November 8, 2016

Rubik Cube & Creation

Ini adalah video presentasi saya di Seoul, Korea Selatan dalam acara All Asian Creation Conference 2016.

Ukuran Spiritualitas

Ukuran terbaik dari kerohanian seseorang itu bukan perasaan yang berkobar-kobar, melainkan kemauan untuk taat. - Oswald Chambers.

Total Depravity & Peribahasa Indonesia

Konsep Total Depravitiy di peribahasa Indonesia:
  • Nila setitik, rusak susu sebelanga.
  • Panas setahun dihapus hujan sehari.

Monday, January 4, 2016

Allah atau YHWH



Saat ini di Indonesia ada kebingungan di antara jemaat awam tentang apakah orang Kristen boleh menggunakan kata Allah atau harus mengantinya dengan kata Yahweh atau Yehovah (YHWH). Kerancuan ini bermuara pada anggapan bahwa kata Allah adalah nama pribadi Tuhan orang Muslim dan nama pribadi Tuhan orang Kristen adalah Yahweh atau Yehovah (untuk selanjutnya penulis akan menggunakan kata YHWH sesuai dengan Alkitab Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani). Benarkah anggapan tersebut?

Apakah kata Allah adalah nama pribadi Tuhan orang Muslim?
Sebenarnya kata Allah adalah nama pribadi atau istilah umum yang menunjuk kepada Tuhan? Kata Allah berasal dari kata Arab, Al-ilah. Al berarti yang Tuhan. Alkitab berasal dari kata “Al” + “Kitab” berarti kitab Tuhan. Al adalah kata arab. Bahasa Arab, bahasa Ibrani, dan bahasa Aram masih satu rumpun, yaitu rumpun bahasa Semitik, sama seperti bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia masih satu rumpun yaitu rumpun bahasa melayu. Karena bahasa Arab dan bahasa Ibrani masih satu rumpun maka ada banyak kesamaan. Misalnya kata Al dalam bahasa Arab yang berarti Tuhan adalah sama dengan kata El dalam bahasa Ibrani. Kata bait dalam bahasa Arab yang berarti rumah adalah sama dengan kata bayit dalam bahasa Ibrani. Kata bin dalam bahasa Arab yang berarti anak laki-laki sama seperti kata ben dalam bahasa Ibrani. Kata nabi dalam bahasa Arab, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, adalah sama dengan kata navi dalam bahasa Ibrani. Nafas dalam bahasa Arab adalah nephesh dalam bahasa Ibrani, Malaikat dalam bahasa Arab adalah Malak dalam bahasa Ibrani. Dari contoh-contoh di atas kita mengetahui bahwa banyak perbendaharaan kata bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab dan memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Ibrani yang serumpun. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa Al di dalam bahasa Arab adalah El di dalam bahasa Ibrani. Dari kata El ini kemudian kita mengenal Elohim, El-shadai, El-Roi, dsb. Kata El atau Eloah (bentuk tunggal) atau Elohim (bentuk jamak) adalah kata Ibrani yang berarti Tuhan atau tuhan dalam bahasa Indonesia. Kata Allah juga berarti Tuhan maka Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) kemudian menerjemahkan kata El, Eloah, atau Elohim menjadi Allah karena kata Allah adalah bahasa Indonesia serapan yang berarti Tuhan.
LAI tidak salah menerjemahkan dalam hal ini. Kenapa? Karena kata Tuhan adalah identik dengan kata Allah, yang merupakan istilah umum bukan nama pribadi. Kata Tuhan sama dengan kata God dalam bahasa Inggris, sama dengan kata Theos dalam bahasa Yunani, dan sama dengan kata Allah dalam bahasa Arab, di mana kata ini kemudian diserap ke dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia.
Argumen lain yang menunjukkan bahwa kata Allah bukanlah nama pribadi adalah ketika orang Islam menerjemahkan kata Allah di dalam Al-Quran ke dalam bahasa Inggris, mereka mengantinya dengan kata God. Jika kata Allah adalah nama pribadi, maka Al-Quran akan tetap memakai kata Allah dan bukan mengantinya dengan kata God  seperti mereka tidak menerjemahkan nama Adam, Musa, dll.
Kata Allah telah digunakan oleh orang Kristen Arab pada abad pertama untuk menunjuk kepada Tuhan, jauh sebelum Islam lahir pada abad keenam. Orang Kristen tidak perlu ragu menggunakan kata Allah yang berarti Tuhan.

Orang Kristen yang anti menggunakan kata Allah juga akan mengatakan bahwa kata Elohim tidak boleh diterjemahkan menjadi kata Allah karena Elohim adalah nama pribadi Allah. Problemnya adalah orang Israel sendiri ketika menerjemahkan Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Tanakh) ke dalam bahasa Yunani (LXX/Septuaginta), menerjemahkan kata Elohim (bahasa Ibrani) menjadi Theos (bahasa Yunani). Kalau orang Ibrani sendiri tidak keberatan kata Elohim diganti menjadi Theos kenapa orang Kristen di Indonesia ragu menerjemahkan kata Elohim menjadi kata Allah di dalam bahasa bahasa Indonesia?

Apakah kata YHWH harus dipertahankan dan tidak boleh diterjemahkan?
Kata-kata yang merupakan nama diri tidak akan diterjemahkan ke dalam bahasa setempat, tetapi mungkin ada sedikit perubahan. Misalnya kata Adam dalam bahasa Ibrani, akan tetap sama dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Tetapi kata Yoshua dalam bahasa Ibrani bisa diterjemahkan menjadi Iesous dalam bahasa Yunani, Jesus dalam bahasa Inggris, dan Yosua atau Yesus dalam bahasa Indonesia. Nama diri akan dipertahankan dan tidak diterjemahkan, walau mungkin ada sedikit perubahan karena mengikuti logat bahasa setempat. Lalu bagaimana dengan kata YHWH. Apakah harus dipertahankan atau boleh diterjemahkan?
LXX atau Septuaginta (Alkitab Perjanjian Lama atau Alkitab orang Israel yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani) menerjemahkan kata YHWH menjadi Kurios. Orang Israel sendiri tidak mempertahankan kata YHWH dan malah menerjemahkannya. Bagi orang Israel, khususnya penerjemah LXX, kata YHWH bukan merupakan nama pribadi karena mereka menerjemahkan kata tersebut. Di dalam Matius 4:7, Matius, murid Tuhan Yesus ketika menulis kutipan dari Ulangan 6:16 menerjemahkan kata YHWH dalam bahasa Ibrani menjadi Kurios dalam bahasa Yunani. Jadi di sini kita bisa melihat baik tradisi orang-orang Israel maupun murid-murid Tuhan Yesus, mereka menerjemahkan YHWH menjadi Kurios. Berdasarkan tradisi ini maka tidaklah salah jika LAI kemudian menerjemahkan kata YHWH dalam Perjanjian Lama menjadi TUHAN.

Ketika Musa menanyakan nama pribadi dari Tuhan di dalam Keluaran 3:13-14, Tuhan menjawab “Aku adalah Aku” atau bisa juga “Aku akan menjadi adalah Aku akan menjadi.” Dari jawaban ini jelas kita tahu bahwa Tuhan tidak memberi tahu nama pribadinya kepada Musa, bahkan Tuhan tidak pernah memberikan nama pribadiNya kepada manusia. Semua nama Tuhan di Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah nama generik/umum dan bukan nama pribadi Tuhan. Bahkan kalau kita telusuri maka semua nama Tuhan di Alkitab adalah pengambaran relasi manusia dengan Tuhan dan bukan nama pribadi Tuhan. Karena semua nama itu bukan nama pribadi tetapi nama umum atau pengambaran relasi manusia dengan Tuhan maka tidak ada masalah kalau diterjemahkan.


Sebagai kesimpulan, orang Kristen boleh menggunakan kata Allah yang artinya Tuhan karena kata ini telah digunakan oleh orang Arab Kristen sejak abad pertama. Kita boleh menerjemahkan kata Elohim menjadi Allah dan YHWH menjadi TUHAN berdasarkan tradisi bangsa Israel dan murid-murid Tuhan Yesus. Semoga tulisan ini dapat membantu memberikan penjelasan bagi permasalahan yang dihadapi di Indonesia.

Asal Usul Superman Pakai Celana Dalam Terbalik



Alkisah Superman tiba di bumi pada zaman Simson. Ketika dewasa, Superman dan Simson sama-sama mengklaim bahwa mereka adalah orang yang terkuat di dunia.
Pada suatu hari Superman menantang Simson untuk adu panco untuk membuktikan siapa yang paling kuat di antara mereka.
Superman: "Simson, Aku adalah manusia yang paling kuat di seluruh dunia."
Simson: "Ah, orang dunia juga tahu bahwa Tuhanlah yang membuat aku menjadi orang yang paling kuat di dunia ini. Ini semua anugerah Tuhan semata."
Superman: "Ah, mana mungkin kamu paling kuat, kamu khan ngak bisa terbang, tidak punya penglihatan X-Ray, dan lain-lain. Gini deh, kita buktikan saja siapa yang paling kuat. Yang menang adu panco maka dialah yang berhak menyandang gelar manusia terkuat di seluruh dunia."
Simson: "Ah, enak di kamu. Kalau kalah tinggal meninggalkan bumi, ngak perlu menanggung malu. Kalau aku sampai kalah khan aku harus menanggung malu di bumi ini. Gini deh biar fair, kalau kamu kalah maka kamu harus pakai celana dalam di depan."

Superman: "Deal".

Pendeta dan Power Bank

Pada suatu acara pembaptisan bayi, seorang pendeta kaget karena membaca nama-nama bayi yang akan dibaptis. Pendeta kemudian memanggil keluarga pertama, “Ibu, kenapa memberi nama bayi ini Cellphone?” dan kemudian dijawab, “Pendeta, ini merupakan gabungan nama saya yaitu Celline dan suami saya Alphonzo.”

Setelah itu pendeta kembali memanggil keluarga kedua untuk maju ke depan dan bertanya sambil bingung kepada ibu sang bayi, “Ibu, mengapa ibu memberi nama bayi ini Charger?” Si Ibu pun menjawab, “Pendeta, kami memberi nama Charger karena penggabungan nama saya Charlotte dan suami saya Gerry.” Pendeta hanya bisa menghela nafas.

Pendeta pun memanggil keluarga ketiga, dan ia kembali kaget ternyata nama bayi tersebut Battery. Pendeta dengan rasa penasaran bertanya kepada sang ibu bayi tersebut, “Ibu kok anak ini namnaya Battery?” Si Ibu kemudian menjawab, “Pendeta, saking cintanya kami dengan anak ini, maka kami memberi nama dari singkatan nama saya Bathilda dan suami tercinta saya Terry.”


Kemudian pendeta melanjutkan upacara pembaptisan tersebut dan berkata, “Baik, sudah ada di depan kita semua tiga orang bayi yang bernama Cellphone, Charger, dan Battery, maka saya tidak dapat membaptis dengan air tetapi harus dengan Power Bank …..”

Terang Hari Pertama, Matahari Hari Keempat?



Bagaimana mungkin ada terang di hari pertama sedangkan Tuhan baru menciptakan matahari pada hari keempat?

Sederhana saja, Tuhan menciptakan esensi terang di hari pertama baru di hari keempat matahari sebagai sumber terang. Di hari keempat Tuhan menganti terang yang sudah Ia ciptakan sebelumnya dengan matahari.
Manusia juga bisa menciptakan terang tanpa matahari, misalnya lampu senter, bolam lampu, neon, dsb. Kalau manusia bisa kenapa Tuhan tidak bisa menciptakan terang tanpa matahari?

Juga di dalam Wahyu 21:23 dikatakan, “Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya”. Ayat ini berbicara bahwa terang tidak selalu harus dari matahari atau bulan tetapi dapat langsung dari Tuhan.